LENSAONLINE.COM | BOGOR – Perencanaan pengoperasian moda transportasi Trem di Kota Bogor yang saat ini tengah di kaji mendapat perhatian publik, salah satunya mantan Wakil Walikota Bogor Usmar Hariman yang menilai bahwa pengoperasian trem di Kota Bogor tidak ideal.
Menurutnya, jika nantinya trem beroperasi di Kota Bogor hanya menambah beban dan bangkitannya akan semakin parah.
“Kalau pertanyaannya ideal engga sekarang trem di Kota Bogor, ya jawabannya kalau 15 tahun lalu, ideal,” kata Usmar di sela mengikuti kegiatan tanam pohon di Bogor, Minggu (22/9/2019).
Usmar menjelaskan, tidak idealnya trem beroperasi di Kota Bogor itu lantaran kondisinya saat ini sangat jauh. Dia juga menganggap, jika trem masuk maka harus ada faktor yang dikurangi, misalnya angkutan kota yang berjumlah sekitar 4 ribuan, belum lagi angkot dari kabupaten yang jumlahnya lebih dari 5 ribu.
“Oke lah, Pak Walikota punya semangat di periode sekarang. Kedua, di tahun 2022 angkot semua habis. Tapi persoalannya kan bukan angkot di kota saja, tetapi yang lebih banyak itu angkot dari kabupaten. Pertanyaan besar bagaimana dengan angkot kabupaten yang jumlahnya lebih dari 5 ribu yang masuk melalui 7 pintu utama dan ini menjadi persoalan. Kemudian kalau diyakini tahun 2022 angkot bisa hilang, tapi problem sosialnya apa, konvensasi hilangnya angkot apa, kan belum jelas nih,” beber Usmar.
Untuk itu, lanjut Usmar, maka sinergitas dengan pemkab harus dilakukan secara intens. “Kalau 2022 angkot habis, berarti kabupaten juga harus habis dong, baru masuk program modernisasi trem yang sebetulnya sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu di kita sebagai angkutan massal,” ujarnya.
Pemkot Harusnya Konsisten Pada Program Sebelumya
Masih kata Usmar, Pemerintah Kota Bogor seharusnya konsisten terhadap program penataan transportasi sebelumnya, seperti peremajaan, rerouting dan konversi angkutan kota ke bus yang di sebut 3 banding 1 dan 3 banding 2.
Menurutnya program tersebut sangat bagus, sebab didalamnya para supir angkot ini masuk, termasuk kondekturnya yang berasal dari supir angkot sesuai Perda Konversi, tapi sayangnya tidak berjalan.
“Itu program yang bagus jika dijalankan dengan baik, waktu itu koridornya sudah ada, tapi sekarang hilang. Dengan rerouting itu menghasilkan penyebaran trayek, tapi pengaruhnya sedikit karena program konversi tidak jalan,” terangnya.
Dia pun mengaku ini menjadi bagian dosa bagi dirinya, sebab program tersebut merupakan program di saat dia masih memimpin bersama walikota Bima Arya. Meski begitu, seharusnya di periode kedua ini walikota dapat mengoreksinya, jangan ditambah beban lagi di kota ini.
“Ini dosa saya juga, tapi dengan kelemahan ini harusnya dengan periode kedua ini koreksinya semakin oke, jangan ditambah beban lagi kota ini, gitu aja,” ucapnya.
Lebih jauh Ia memaparkan dalam program konversi itu bus (Transpakuan) dari arah Tajur masuk ke jalan Siliwangi tembus ke Suryakencana (kontraflow), karena ada trayek sendiri. “Dengan program tersebut akan menunjang ekonomi di Suryakencana dan kawasan sekitarnya kemudian masuk SSA, dan kembali lagi ke Cidangiang, Tajur dan Ciawi,” pungkasnya.
Reporter: Heri Supriatna
Editor: Ade Derry